cerpenku
Semalaman aku berfikir apa judul yang akan aku tulis, apa tema yang harus aku buat. “Cinta???? tapi itu sangat tidak mungkin” ungkapku berceloteh sendiri. Aku tak tau apa yang harus aku buat padahal minggu ini penuh dengan tugas dan ulangan dan semuanya harus aku selesaikan karena itu tugasku sebagai pelajar. Tak lama aku mencoba untuk mengoreskan pena ke sebuah kertas, tetapi malam itu yang terjadi sampah kertas semakin menumpuk disudut kamarku, karena ku mencoba menulis dan menulis beberapa kali, aku mengganti tema dan itu aku lakukan sampai larut malam. Aku terus mencoba dan mencoba, aku fikir kalau temen-temen aku pada bisa membuatnya mangapa tidak dangan aku?? Toh aku juga sering menumpahkan isi hati ku lewat selembar kertas puisi.
Waktu telah menunjukkan pukul 23.00 wib dan cerpen yang belum menmpunyai judul ini belum juga mencapai titik akhir, semua orang dirumah sudah tertidur lelap. Terkadang aku memutar dan mendengar music band favoritku, sampai lagu terakhir aku tersadar cerpen yang aku buat sudah mencapai tiga halaman dan aku mengakhirinya di halamn keempat dengan keadaan mata yang lelah. “Alhamdulillah cerpen tanpa judul ini akhirnya hampir sampai tahap finish” aku lanjut berceloteh sendiri, dengan keadaan lelah dan mengantuk aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangan serta berwudhu. Setelah semua beres aku menarik selimutku dan mulai memejamkan mata yang diawali dengan sepotong do’a.
Keesokan harinya aku terbangun dan tersadar didekatku telah ada satu tugas yaitu cerpen. Aku sangat senang aku telah sudah hampir menyelesaikan satu tugas dari tumpukan tugas lainnya, walaupun aku belum mengoreksi cerpen yang aku buat dengan mata lelah itu. Sebernarnya aku ingin mengoreksi cerpen itu pagi ini, tapi waktu telah memanggilku untuk pergi kesekolah. Temankupun sudah menyapaku untuk mengajakku pergi kesekolah bersama ”ayo kita pergi, udah pukul 6.30 nih” ajak temanku. Aku langsung meninggalkan cerpenku dikamar dan pergi berangakat ke sekolah.
Sepulang dari sekolah tugasku bertambah lagi. Tetapi aku harus mengoreksi dan menyunting cerpenku yang boleh dibilang hampir selesai itu. Setelah isrirahat beberapa menit aku lanjut menyunting dan mengoreksi cerpenku yang belum ada judul itu. Sambil mendangarkan lagu-lagu favoritku penyuntinganpun selesai, dan aku membacanya.
***
“Sebut saja namaku dina, aku adalah seorang siswi biasa. Aku mengalami kebingunag dengan kata CINTA dan PACAR apa itu?? Sebelumnya aku belum begitu mengaerti, tapi apakah pacaran itu dibolehkan???? Aku selalu bingung ketika teman-temanku bertanya siapa pacarmu? Pertanyaan itu selalu aku jawab dengan senyuman. Memang sejak itu aku selalu ingin tau tentang cinta, apalagi teman-temanku bilang cinta pertama itu sangat indah. Ku coba melihat teman-temanku yang telah mejalani cinta pertama atau sering dibilang kedua orang tuaku CINTA MONYET. Ada yang putus nyambung, ada yang selalu berantem, tapi ada juga yang memang saling menyayangi.
Sejak itu aku selalu ingin tahu, bolehkah pacaran itu??. Disalah satu majalah yang aku baca ada artikel yang berjudul pacaran memotivasi belajar. Aku tertarik untuk membacanya dan disitu tertulis kalau pacaran itu tak selalau buruk atupun negative. Disana tertulis jika pacar bisa kita jadikan sebagai orang yang memotivasi kita dalm belajar begitu juaga sebaliknya.
Sekarang aku telah mempunayai seorang pacar sebut saja namanya dani. Dia adalah laki-laki yang baik, sholeh , pintar, aktif, dan ya tampangnya lumayan toyyib… sejak itu aku merasa terikat, aku kira itulah gak enaknya pacaran. Kita mau kesini-kesana takut ada yang cemburu, tapi untunglah dia adalah orang yang pengertian. Itulah yang aku rasakan selama dengannya.
Pernah ketika masuk waktu untuk ujian semester dia tak seperti biasa, dia hanya mengrim pesan singkat kepadaku pada waktu-waktu sholat dan untuk menginagatkan makan. Setelah ujian semester berakhir aku bercerita kepadanya tentang ujian yang telah aku lalui. Aku mangeluh padanya, gimana kalu nilai ku jeblok?? Gimana kalau aku tak juara lagi??karena saat itu aku sangat khwatir pacaran ini akn mengganggu prestasi dan balajarku. Aku sedikit tak percaya dia menjawabnya dengan bijaksana, dia meyakinaknku tuk bisa.
Tak lama hari pnerimaan raportpun tiba, dan Alhamdulillah aku membuat kedua orang tua yang aku sayang bangga, begitu pula dengan si dia. Ternyata dihari itu aku juga mendapat kado yang istimewa darinya. Aku tak tau dari mana dia tau kalau aku mendapat peringkat lagi. Siang itu dia memberiku suatu bungkusan yang ternyata adalah kado atas keberhasilahku dalam belajar, aku sanagat bahagia kaena aku bisa mempunyai seorang temen istimewa yang begitu peduli denganku.
Sejenak aku berfikir “sama aja ya punya pacar atau ga” kataku pelan. Malah sekarang setelah aku diberi motivasi darinya beljarkupun lebih baik, dan hasilnyapun aku mendapat yang lebih baik. “Selamat ya din naik satu peringkat…” ucap dani “sama-sama dan, terima kasih ya.. aku sangat terkejut dengan ini semua” jawabku dangan malu-malu.
Malamnya didalam lamunan sebelum tidurku aku berceloteh didalam hatiku “mengapa aku menjadi begini?? Sekarang aku bukanlah gadis lugu yang tak mengenal yang namanya CINTA..” hatiku terus berkata-kata.
“Selama ini aku telah menyayangimu, kuberikan perhatian! Tapi sekarang kau telah berubah….!” Kata dani kepadaku “kamu yang berubah, kamu tahu kan aku sekarang dalam masa-masa mengahadapi ujian…” jawabku.
Memang akhir-akhir ini aku jarang memberi perhatian ke dia, ku harap dia dia bisa mengerti aku seperti biasa. Tapi mungkin kesabarannya telah habis, ditangah masa-masa menjelang ujian akhir aku selalu rebut denganya. Bagiku dia yang salah dan sebaliknya baginya aku yang telah melakukan kesalahan.
Aku baru menyadari inilah yang dinamakan suatu permasalahan didalam suatu hubungan dan inilah yang biasanya memisahkan anatara hubungan tersebut. Dan itu ternyata juga terjadi pada hubunganku. Ya aku dan dani berfikir kalau kita tak bisa sejalan lagi, dan kita memutuskan untuk menjadi teman biasa saja. Ataupun sahabat.
Setelah perpisahan itu memang aku merasa sedikit kehilangan tapi aku mencoba untuk tegar, karena ini adalah konsekuensi ku telah memilihnya. Dan yang terjadi pacar itu memang terkadang membuat kita senag, bangga, tetapi tak semuanya mulus, “aku telah berani memulainya dengan kebahagiaan berarti aku mau untuk mengakhirnaya dengan kesedihan” itulah ungkapan hatiku tentang cinta.”
***
Setelah membaca sedikit kutipan coretan tugas yang telah aku buat tanpa judul, aku bersyukur setelah lama mencari dan mentukar-tukar tema, meninggikan tumpukan sampah disudut kamar dan mensupport mata lelah untuk tetap semngat membuatnya akhirnya selesai juga.
“Alhamdulillah” kataku dengan senyuman bahagia. “mukamu kok cerah sekali?” kata temanku “ya aku baru aja menyelesaikan satu tugsa diantara tumpukan tugas lainnya” jawabku “cerpen ya??” “iya, kuyakin kamu juga sudah menyelesaikannya kan??” tanyaku terhadap temanku “belum sih.. hanya sedikit sentuhan akhir aja” jawabnya, “Oh.. ya bagus deh….”.
Setelah mendapat beberapa komentar dari temanku, aku lanngsung menyimpan coretan tanpa judul tersebut . dan akhirnya keesokan harinya aku mengumpulkannya kepada guruku.
***
By : Rif'ah Ananda
Komentar
Posting Komentar